Follow us on:

Pages

KETULUSAN

                                                                                          "Ketulusan" 
                                                                                                   (Puspitasari)

Mentarii mengintip di cela jendelaa .Aku membuka kedua indra penglihatku dengan wajah malaas, ku sadari kelam telah beranjaak, terusik oleh kehadiran sinar sang surya . Ku lirik blackberry yang tergeletak malas sama sepertiku di sisi bantal . pukul 08.30 . "Hhmmm,, " gumamku . Ku singkap selimut dan ku tinggalkan kasur tipis yg sejak semalam menopang beratku. Ku seret langkah kaki dengaan setengah hati menuju kamar mandi, sembari bergumam sendiri dengaan hati "aku harus rajin, harus terbiasaa bangun pagi, aku kan seorang perempuan. Bla bla bla" .. yahh,, sejak 3 hari yang lalu aku telah berkomitmen dengan diri tuk akan mengubah kebiasaan buruk . Biasanyaa di hari libur esprti ini aku pasti baru akan meninggalkan pembaringan paling cepat pukul 10.00, walau hari ini masih belum bisa terbilang cepat tapi setidaknya ada kemajuan.
Pukul 09.30 semua pekerjaan kelar, mandi, mencuci dan merapikan kamar DONE ! Ku nyalakan tv imut yang terduduk rapi di atas meja berukuran 60x30cm, acara yang memberitakan seleb-seleb selalu menjadi saluran favoritku. 30 menit berlalu, ada getaran berbeda di dalam perutku, "lapar" gumamku . Akupun beranjak ke warteg rumah kost tuk mengisi perut yang keroncongan. Setelah kampung tengah (perut) aman, ku raih blackberry yang sejak tadi sama sekali tak menarik perhatianku (maklum, blackberrynya sudah kurang layak pakai), di luar inginku ternyata tanggal yang tertera pada layar handphone itu membuatku terkesiap. sehari lagi seseorang yang ku sebut kekasih itu berulang tahun. Sebagai dewasa muda alias dewasa labil aku tentu ingin memberikan sesuatu yang istimewa di hari bahagianya. Tanpa pikir panjang ku telpon salah satu temanku dan meminta bantuannya tuk menemaniku mencari cake. Sedang kado sendiri telah terbungkus rapi dalam lemari boxku sejak 2 minggu yang lalu. Sejam, dua jam, tiga jam berlalu .. Kini aku berada di dalam sebuah toko kue, ku pilih cake yang sederhana namun sanggup memanjakan lidah itu, dengan hasrat yang menggebu tak sabaran aku pulang ke kost. Ku buka box dan ku keluarkan kado yang sudah lama tersimpan rapi itu. "Cake dan kado tlah siap, hhmmm :)" ucapku dengan perasaan lega.
Denting jam berlalu dan sekarang menujukkan pukul 23.45, aku meninggalkan kostku dan berngkat menuju huniannya. Tepat pukul 00.00 ku berikan cake dengan sedikit kejutan. kebetulan malam itu, kosnya dalam keadaan ramai, kami semua tertawa lepas sambil menyantap cake coklat. Pukul 00.45 aku minta ijin pulang lalu dia menawarkan untuk mengantar, dan aku mengiyakan. ia lalu beranjak ke dalam kamar berganti pakaian, dan saat itu pula perhatianku tertarik pada sebuah benda kecil berwarna ungu, ku raih handphone merk samsung itu yang masih terhubung dengan charger. (Handphone yang dugaanku telah di kirim ke kampung rupanya masih di sini), ku lihat ada satu pesan masuk dari seseorang yang namanya tak asing lagi di telingaku (ini untuk ketiga kalinya ia berhubungan dengan wanita yang berstatus mantan dan hendak jadi selingkuhan'y itu) jemariku ingin membukanya namun terhalang oleh kata sandi, dengan suara bergetar lirih aku meminta sandinya namun ia enggan memberikan. Seperti ada benturan keras yang mengenai dadaku, emosiku memuncak dan ku langkahkan kaki dengan cepat meninggalkan tempat itu. Ia mengejar namun aku tak peduli, tapi pada akhirnya aku menurut juga untuk naik di motornya (tengah malam begini, merinding juga jika saja harus berjalan kaki pulang) setiba di kostku aku kembali meminta kata sandinya, ia masih juga tak mau memberikan, maka dengan sedikit ancaman akhirnya aku berhasil membaca inbox dan outboxnya. Air mataku menetes, ters menetes dan makin deras. Pertengkaran terus berlanjut hingga adzan subuh berkumandang . Ia tertidur, tapi tidak denganku. Aku masih setia bergelut dengan rasa sakitku. Kicau burung menandakan hari baru telah menyapa. Pagi berlalu, sinar matahari menghapus sisa-sisa embun di tepi daun. Ia terbangun, menyapa seakan tak pernah berbuat salah. Menuntut maaf namun tak mengucapnya dan AKU lagi-lagi MEMAAFKAN !