Follow us on:

Pages

PERSAHABATAN ADI RAMADANI



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.
Ku terjemahkan perasaan melalui satu kata yang sederhana namun tetap bermakna, ku tuangkan pula dalam pikiran dengan analogy yang biasa dan tertata rapi didalam jiwa hingga pikirpun melayang sampai tiba disatu titik. Sempat terbayang tentang semua hal yang telah terjadi dihidup dan kehidupan ini mengenai semua keindahan yang mengisi dimensi secara sempurna hingga bibir pun tergetar tak tertahankan, hati telah bicara dan tak dapat dicegah kata-kata pecah berkeping-keping, terpapar secara puitis melalui sebuah pena atau bahkan kata-kata, mendeskripsikan seluruh keindahan yang mengisi dunia dengan cinta yang terdapat kedamaian didalamnya, maka tidaklah cukup untuk menggambarkan betapa besar dan indahnya kenikmatan serta karunia yang dicurahkan oleh sang khalik maha dari segala yang berkuasa yakni Tuhan yang maha esa kepada seluruh makhluk ciptaanya yang terbagi secara adil. Dan tidak lupa juga shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada para sahabat, para keluarga, dan saudara-saudara kita, serta kepada seluruh umat muslim dan muslimah dimuka bumi  ini.
Yth. Bapak Ali Mashudi selaku guru pembimbing Bahasa Indonesia serta  teman-teman yang saya cintai dan yang saya banggakan.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal yang dianggap penting untuk disampaikan yang telah saya kemas  dalam sebuah pidato saya yang bertemakan “ ARTI DARI SEBUAH PERSAHABATAN”. Persahabatan, sebenarnya seberapa penting itu untuk kita? Untuk saya pribadi, sebuah persahabatan sangatlah penting. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang butuh untuk bersosialisasi, berkumpul. Tetapi di sisi lain, manusia juga adalah makhluk yang terdiri dari ego, “kemenangan” dari sang ego ini membuat manusia jadi egois. Keberadaan sahabat, untuk saya sangat membantu dalam meredam ego tersebut. Kebutuhan untuk mendengarkan dan didengarkan, saling berbagi, saling berdekatan, bahkan saling “bertengkar” membuat sebuah persahabatan menjadi penting. Teorinya, sahabat adalah orang yang bisa menerimamu apa adanya. Saat kamu benar dia akan mendukungmu, saat kamu salah dia akan memberitahumu kalau kamu salah, “menyalahkan” kesalahanmu tetapi bukan menyalahkan hidupmu, tidak men-‘cap’-mu karena kesalahanmu dan tetap di sisimu untuk membantumu memperbaiki kesalahanmu. Sahabat adalah orang yang mungkin tidak akan selalu ada bersamamu terus-menerus, tetapi dia bisa menjadi orang pertama yang ikhlas kamu hubungi kapan pun dan di manapun hanya untuk mendengarkan keluh kesahmu. Seorang sahabat adalah orang di mana kita sanggup untuk “berdarah-darah” karena membelanya, rela melakukan apa saja hanya untuk melihat senyumnya mekar kembali.
Itu teorinya… prakteknya ternyata sulit, bisa jadi karena hal-hal di luar kendali kita. Tetapi bukan tidak mungkin untuk dipelajari. Dimulai dari diri sendiri. Meredam ego, mencoba berkompromi, bertanggung jawab atas semua perbuatan, menghargai orang lain, rela membuka hati dan telinga untuk mendengarkan, tetap berbicara dengan nada santai dan kalem walaupun diri sedang dikuasai emosi, dan yang penting adalah… senyuman. Mungkin kalau kita kucing, kita bisa bertingkah menggemaskan, bermanja-manja dan mengelendot di kaki seseorang, dan mengeluarkan suara “Miauw…” yang lucu. Atau kalau kita anjing, kita bisa memasang tampang lucu dan mengibas-ngibaskan ekor sebagai tanda persahabatan. Tetapi kita bukan kucing, bukan pula anjing. Kita tidak punya suara “Miauw” yang lucu atau ekor untuk dikibas-kibaskan. Tetapi kita punya senyuman.
Menurut David J. Lieberman, Ph.D, senyum (ikhlas), mengandung 4 hal penting: kepercayaan diri, kegembiraan, antusiasme, dan penerimaan. Kamu tersenyum (mekar, ikhlas dari hati) memperlihatkan bahwa kamu yakin dengan diri kamu dan keadaan sekitarmu. Kamu tersenyum, berarti kamu menunjukkan pada orang-orang di sekitarmu bahwa kamu menganggap mereka menyenangkan (dan setiap orang pasti merasa senang kalau dianggap menyenangkan). Kamu tersenyum, kamu menyiratkan bahwa kamu tulus menerima dia apa adanya.
Para hadirin teman-teman yang saya cintai,
Saya sendiri tidak mempunyai banyak sahabat. Saat saya merasakan mereka menjauh, atau ‘insting’ saya merasakan bahwa mereka tidak nyaman bersama saya, membuat saya berpikir “Apa ada yang salah dengan saya? Apa ada yang salah dengan keadaan ini?” Yang saya tahu adalah saya sangat menghargai keberadaan para sahabat saya, tetapi apakah mereka sudah merasa cukup dengan penghargaan yang saya berikan. Lebih parah lagi, apakah mereka tahu bahwa saya sebenarnya merasa sangat nyaman dengan keberadaan mereka. Berpikir seperti ini membuat saya tiba di satu titik. Bahwa mungkin selama ini konsep saya tentang sebuah persahabatan itu salah. Saya dan mungkin ada banyak orang lain, sering menganggap bahwa sahabat adalah orang tempat kita bisa berkeluh kesah tentang apa saja. Tetapi pernahkah kita berpikir bahwa mereka juga manusia yang JUGA membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah? Bahwa mereka juga manusia dengan segala keterbatasannya, manusia yang juga butuh untuk dibahagiakan, dicintai, dan dimengerti… diberi, bukan hanya memberi, diterima…bukan hanya menerima. Ada yang pernah berkata kepada saya, “Sesuatu akan menjadi sangat berharga saat kamu sudah kehilangannya.” Bisa jadi itu benar, bisa jadi itu salah, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Jadi begini, haruskah kita benar-benar kehilangan dulu baru kemudian kita menyadari bahwa dia berharga tetapi semua sudah terlambat, dan kita tidak bisa membalikkan keadaan seperti semula? Tidak. Tidak harus begitu. Mungkin, dari sekarang kita tidak perlulah membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Mulai mencintai apa yang kita miliki, bukan yang kita inginkan.

Para hadirin teman-teman yang saya cintai,
Seorang sahabat, dia juga manusia, sama seperti kita. Mulailah memikirkan hal-hal yang menyenangkan yang mungkin belum kamu lakukan untuk sahabatmu. Beritahu sahabatmu bahwa mereka berharga, bahwa kamu merasa nyaman berada di dekatnya, apa pun dan bagaimanapun keadaannya. Beritahu sahabatmu, bahwa kamu bersedia dihubungi kapan pun hanya untuk mendengarkan keluh kesahnya. Jadi jagalah tali persahabatan yang menjadi jembatan dalam hubungan kalian, dan jangan menyia-nyiakanya karena mereka begitu berharga. Mungkin cukup sekian pidato dari saya, jika terdapat kekurangan itu datangnya dari saya pribadi dan jika terdapat kelebihan itu datangnya tidak lain dan tidak bukan dari Allah SWT. Namun sebelum saya mengakhirinya izinkanlah saya mengutip sebuah lagu yang berjudul lihat lebih dekat “hatiku sedih, hatiku gundah tak ingin pergi berpisah, hatiku bertanya, hatiku curiga akankahku temui kebahagiaan seperti disini . . . sahabat yang selalu ada dalam suka dan duka . . . Sahabat yang selalu ada dalam suka dan duka . . .  tempat yang nyaman kala terjaga dalam tidurku yang lelah”. Akhir kata, wabilahitaufikwalhidaya wassalmmualaikum warahmatullahi wabarakatuh.