Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh,
Selamat pagi dan salam sejahtera
untuk kita semua.
Ku
terjemahkan perasaan melalui satu kata yang sederhana namun tetap bermakna, ku
tuangkan pula dalam pikiran dengan analogy yang biasa dan tertata rapi didalam
jiwa hingga pikirpun melayang sampai tiba disatu titik. Sempat terbayang
tentang semua hal yang telah terjadi dihidup dan kehidupan ini mengenai semua
keindahan yang mengisi dimensi secara sempurna hingga bibir pun tergetar tak
tertahankan, hati telah bicara dan tak dapat dicegah kata-kata pecah
berkeping-keping, terpapar secara puitis melalui sebuah pena atau bahkan
kata-kata, mendeskripsikan seluruh keindahan yang mengisi dunia dengan cinta
yang terdapat kedamaian didalamnya, maka tidaklah cukup untuk menggambarkan
betapa besar dan indahnya kenikmatan serta karunia yang dicurahkan oleh sang
khalik maha dari segala yang berkuasa yakni Tuhan yang maha esa kepada seluruh
makhluk ciptaanya yang terbagi secara adil. Dan tidak lupa juga shalawat serta
salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada para
sahabat, para keluarga, dan saudara-saudara kita, serta kepada seluruh umat
muslim dan muslimah dimuka bumi ini.
Yth. Bapak Ali
Mashudi selaku guru pembimbing Bahasa Indonesia serta teman-teman yang saya cintai dan yang saya banggakan.
Pada
kesempatan kali ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal yang dianggap penting
untuk disampaikan yang telah saya kemas
dalam sebuah pidato saya yang bertemakan “ ARTI DARI SEBUAH PERSAHABATAN”.
Persahabatan, sebenarnya
seberapa penting itu untuk kita? Untuk saya pribadi, sebuah persahabatan
sangatlah penting. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang butuh
untuk bersosialisasi, berkumpul. Tetapi di sisi lain, manusia juga adalah makhluk
yang terdiri dari ego, “kemenangan” dari sang ego ini membuat manusia jadi
egois. Keberadaan sahabat, untuk saya sangat
membantu dalam meredam ego tersebut. Kebutuhan untuk mendengarkan dan
didengarkan, saling berbagi, saling berdekatan, bahkan saling “bertengkar”
membuat sebuah persahabatan menjadi penting. Teorinya, sahabat adalah orang
yang bisa menerimamu apa adanya. Saat kamu benar dia akan mendukungmu, saat
kamu salah dia akan memberitahumu kalau kamu salah, “menyalahkan” kesalahanmu
tetapi bukan menyalahkan hidupmu, tidak men-‘cap’-mu karena kesalahanmu dan
tetap di sisimu untuk membantumu memperbaiki kesalahanmu. Sahabat adalah orang
yang mungkin tidak akan selalu ada bersamamu terus-menerus, tetapi dia bisa
menjadi orang pertama yang ikhlas kamu hubungi kapan pun dan di manapun hanya
untuk mendengarkan keluh kesahmu. Seorang sahabat
adalah orang di mana kita sanggup untuk “berdarah-darah” karena membelanya,
rela melakukan apa saja hanya untuk melihat senyumnya mekar kembali.
Itu
teorinya… prakteknya ternyata sulit, bisa jadi karena hal-hal di luar kendali
kita. Tetapi bukan tidak mungkin untuk dipelajari. Dimulai dari diri sendiri.
Meredam ego, mencoba berkompromi, bertanggung jawab atas semua perbuatan,
menghargai orang lain, rela membuka hati dan telinga untuk mendengarkan, tetap
berbicara dengan nada santai dan kalem walaupun diri sedang dikuasai emosi, dan
yang penting adalah… senyuman. Mungkin kalau kita kucing, kita bisa
bertingkah menggemaskan, bermanja-manja dan mengelendot di kaki seseorang, dan
mengeluarkan suara “Miauw…” yang lucu. Atau kalau kita anjing, kita bisa
memasang tampang lucu dan mengibas-ngibaskan ekor sebagai tanda persahabatan.
Tetapi kita bukan kucing, bukan pula anjing. Kita tidak punya suara “Miauw”
yang lucu atau ekor untuk dikibas-kibaskan. Tetapi kita punya senyuman.
Menurut David
J. Lieberman, Ph.D, senyum (ikhlas), mengandung 4 hal penting:
kepercayaan diri, kegembiraan, antusiasme, dan penerimaan. Kamu tersenyum
(mekar, ikhlas dari hati) memperlihatkan bahwa kamu yakin dengan diri kamu dan
keadaan sekitarmu. Kamu tersenyum, berarti kamu menunjukkan pada orang-orang di
sekitarmu bahwa kamu menganggap mereka menyenangkan (dan setiap orang pasti
merasa senang kalau dianggap menyenangkan). Kamu tersenyum, kamu menyiratkan
bahwa kamu tulus menerima dia apa adanya.
Para hadirin
teman-teman yang saya cintai,
Saya sendiri tidak mempunyai banyak sahabat. Saat saya merasakan mereka
menjauh, atau ‘insting’ saya merasakan bahwa mereka tidak nyaman bersama saya,
membuat saya berpikir “Apa ada yang salah dengan saya? Apa ada yang salah
dengan keadaan ini?” Yang saya tahu adalah saya sangat menghargai keberadaan
para sahabat saya, tetapi apakah mereka sudah merasa cukup dengan penghargaan
yang saya berikan. Lebih parah lagi, apakah mereka tahu bahwa saya sebenarnya
merasa sangat nyaman dengan keberadaan mereka. Berpikir seperti ini membuat saya tiba di satu titik. Bahwa mungkin selama
ini konsep saya tentang sebuah persahabatan itu salah. Saya dan mungkin ada
banyak orang lain, sering menganggap bahwa sahabat adalah orang tempat kita
bisa berkeluh kesah tentang apa saja. Tetapi pernahkah kita berpikir bahwa
mereka juga manusia yang JUGA membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah? Bahwa
mereka juga manusia dengan segala keterbatasannya, manusia yang juga butuh
untuk dibahagiakan, dicintai, dan dimengerti… diberi, bukan hanya memberi,
diterima…bukan hanya menerima. Ada yang pernah
berkata kepada saya, “Sesuatu akan menjadi sangat berharga saat kamu sudah
kehilangannya.” Bisa jadi itu benar, bisa jadi itu salah, tergantung bagaimana
kita menyikapinya. Jadi begini, haruskah kita benar-benar kehilangan dulu baru
kemudian kita menyadari bahwa dia berharga tetapi semua sudah terlambat, dan
kita tidak bisa membalikkan keadaan seperti semula? Tidak. Tidak harus begitu.
Mungkin, dari sekarang kita tidak perlulah membuang-buang waktu untuk hal-hal
yang tidak berguna. Mulai mencintai apa yang kita miliki, bukan yang kita
inginkan.
Para hadirin
teman-teman yang saya cintai,
Seorang sahabat, dia juga manusia, sama seperti kita.
Mulailah memikirkan hal-hal yang menyenangkan yang mungkin belum kamu lakukan
untuk sahabatmu. Beritahu sahabatmu bahwa mereka berharga, bahwa kamu merasa
nyaman berada di dekatnya, apa pun dan bagaimanapun keadaannya. Beritahu sahabatmu,
bahwa kamu bersedia dihubungi kapan pun hanya untuk mendengarkan keluh kesahnya. Jadi jagalah tali persahabatan yang menjadi
jembatan dalam hubungan kalian, dan jangan menyia-nyiakanya karena mereka
begitu berharga. Mungkin cukup sekian pidato dari saya, jika terdapat
kekurangan itu datangnya dari saya pribadi dan jika terdapat kelebihan itu
datangnya tidak lain dan tidak bukan dari Allah SWT. Namun sebelum saya
mengakhirinya izinkanlah saya mengutip sebuah lagu yang berjudul lihat lebih
dekat “hatiku sedih, hatiku gundah tak
ingin pergi berpisah, hatiku bertanya, hatiku curiga akankahku temui
kebahagiaan seperti disini . . . sahabat
yang selalu ada dalam suka dan duka . . . Sahabat yang selalu ada dalam suka
dan duka . . . tempat yang nyaman kala terjaga
dalam tidurku yang lelah”. Akhir kata, wabilahitaufikwalhidaya
wassalmmualaikum warahmatullahi wabarakatuh.